the golden rule of life

Man Jadda Wajada

Jumat, 18 November 2016

KISAH HOBI PENGUSAHA MENJADI MARBOT MASJID



Cerita ini adalah kisah nyata yang mengisahkan dua sahabat yang terpisah cukup lama, Ahmad dan Zaenal. Ahmad ini pintar sekali, sangat cerdas. Tapi dikisahkan kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal adalah sahabat yang biasa-biasa saja, namun keadaan orang tuanya mendukung untuk karir dan masa depan Zaenal.

Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu. Bertemu di tempat yang istimewa, yaitu di koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, yang memiliki view pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Masjid tersebut adalah masjid At-Ta’awun yang berada di puncak Bogor. Adalah Zaenal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah. Berpenampilan necis dan parlente. Meskipun demikian, ia tetap menjaga kesalehannya. Ia punya kebiasaan yang cukup mulia, setiap keluar kota ia sempatkan singgah di masjid di kota yang ia singgahi untuk memperbarui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur jika masih ada waktu yang diperbolehkan untuk melaksanakan shalat sunnah, maka ia menunaikannya.

Pada saat itu, ia tiba di Puncak Pas, Bogor. Seperti biasa ia langsung mencari masjid. Saat sudah menemukan, dipinggirkanlah mobilnya menuju tempat parkir, dan bergegas masuk ke masjid yang tersebut. Ketika hendak mengambil air wudlu di koridor wudlu, di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu betul sahabatnya ini, meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya luar biasa. Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai merbot masjid. “Maaf,” katanya menegur sang merbot.
“Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?”.
Yang ditegur tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan. 
Sesaat kemudian Ahmad berucap “Keren sekali kamu ya, mas… manteb…”.
Zaenal terlihat masih dalam keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk berwudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad.
“Ah, biasa saja…”.Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel. Khas merbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidatnya yg lebar terlihat jelas.
“Mad… Ini kartu nama saya…”. Kata Zaenal.
Ahmad melihat. “Manager Area…, wuah, bener-bener keren." puji Ahmad.
“Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”. Tawar Zaenal pada sahabatnya. Ahmad tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih ya… nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… silahkan ya, yang nyaman”. 

Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir, mengapa Ahmad yg pintar, kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan akal sehatnya. Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yg tidak berpihak kepada orang-orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun kurang beruntung. Air wudhu membasahi wajahnya. Zaenal menuju ke dalam masjid, sekali lagi ia melewati Ahmad yang sedang bersih-bersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini diperkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “office boy”. Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah sepertinya. Setelah menyelesaikan shalatnya Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”, gumamnya. Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad. 
“Pak,” tiba2 anak muda yang shalat di belakangnya terlebih dahulu menegur. “Iya Mas..?”, jawab Zaenal.
"Pak, Bapak kenal emangnya sama bapak Insinyur Haji Ahmad…?”, tanya pemuda tadi.
“Insinyur Haji Ahmad…?”, kata Zaenal menegaskan.
“Ya, insinyur Haji Ahmad…”, kata pemuda.
“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”, tukas Zaenal bingung.
“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”, kata pemuda meyakinkan.
“Oh… Ahmad… Iya, kenal lah. Dia kan sahabat saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”, tanya Zaenal penasaran.
“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun ini masjid…”, jawab pemuda. Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal. _Dari dulu sudah haji, dari sebelum beliau bangun masjid ini_. Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yg merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau biayai sendiri pembangunan masjid indah ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat. Bapak lihat hotel indah disebelah sana? … Itu semua milik beliau…Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, yang menurut saya cukup aneh, yaitu senangnya menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji saja dan adzan…”. Zaenal tertegun, entah apa yang ada di hati dan pikiran Zaenal saat itu. Pikirannya bercampur aduk antara malu, bangga dan haru akan kisah mulia sahabatnya itu.
_________________________________________________________________________________
Ada pelajaran dari kisah pertemuan Zaenal dan Ahmad.
Jika Ahmad itu adalah kita, mungkin begitu bertemu kawan lama yang sedang melihat kita membersihkan toilet, segera kita beritahu posisi kita yang sebenarnya. Dan jika kemudian kawan lama kita ini menyangka kita merbot masjid, maka kita akan menyangkal, kemudian menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah kawan kita bahwa kita inilah pewakaf dan yang membangun masjid ini. Tapi kita bukan Haji Ahmad. Dan Haji Ahmad bukan kita. Semoga ia selamat dari rusaknya nilai amal, sebab ia tetap tenang dan tidak risih dengan penilaian manusia. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa. Dan kemudian Allah lah yang memberitahu siapa dia sebenarnya.

“Al mukhlishu, man yaktumu hasanaatihi kamaa yaktumu sayyi-aatihi”.
Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukan-keburukan dirinya
.
[Ya’qub RahimaHullah, dalam kitab Tazkiyatun Nafs].

tulisan ini bersumber dari g+angeleyes dan diposting ulang oleh penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar